Kasih
Seorang Ibu
Saya
seorang wanita yang belum menikah, melainkan seorang wanita yang masih single
dan menuntut ilmu di salah satu universitas di Bandung saya terlahir dari
seorang ibu asli sunda. Awal cerita saya seperti ini, kelulusan SMA telah di
umumkan dan perjalanan saya masih bingung entah harus kemana, tidak memikirka
ingin kuliah akan tetapi dalam benak saya ingin bekerja,bekerja, dan bekerja
untuk mendapatkan uang setidaknya dapat memeberi kan sedikit rezeki hasil
kerringat saya sendiri kepada orang tua.
Selang
beberapa minggu libur telah tiba dan entah harus apa yang harus saya lakukan,
bingung dan hanya diam saja dirumah. Pada saat itu saya jatuh sakit karena
adanya gangguan dalam tenggorokan saya yang dapat menghambat segalanya. Makan
sakit minum perih dan berbicara pun enggan.
Pada
suatu hari ibu datang dari Pangandaran ke Cikalongwetan tepatnya ke Cileunca,
bukan untuk menjenguk karena tidak tahu anaknya sedang sakit, melainkan untuk
mengajak saya ke Bandung untuk pendaftaran Kuliah.
Ibu,
ya beliau lah wanita yang melahirkan saya, melahirkan anak yang mungkin ia
harpkan untuk menjadi sholehah namun kenyataannya jauh dari kata itu, maafkan
aku ibu, aku hanya anak yang pembangkang, tersirat dalam benakku seperti itu.
Betapa Rindu nya aku kepada Ibu.
Awal
pembicaraan kita tepat di ruang tamu, ibu menjelaskan rincian semuanya, pertama
saya menolak untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun saya
berfikir kenapa tidak, ibu sudah susah payah, cape, dan “ngajugjug” dari
Pangandaran demi seorang anaknya yang ingin melihat anaknya sukses. Hanya ada
waktu dua hari saya di rumah, lepas dua hari saya ke Bandung dan itu adalah
awal bulan puasa, saya di antar ibu untuk melakukan kegiatan Bimtes sebelum tes
mandiri yang sesungguhnya. Tepat 3 hari saya menginap di salah satu ponpes di
Cibiru hilir. Tibalah saatnya Tes Jalur Mandiri untuk masuk perguruan di UIN,
ya seperti itu ibu pasti ada di belakang saya, ibu yang mengantar saya kesana
kemari dan menunggu saya sampai beres tes, hari pertama,hari kedua, hingga hari
ketiga saya di temaninya hingga Ashar.
Singkat
cerita, tes pun telah berakhir dan kini hasil pengumuman pun telah ada,
Alhamdulillah saya lulu, ketika saya melihat tulisan itu di handphone karena
via web pengumumannya. Entah perasaan apa ini senang, atau kecewa kah saya
lulus tapi saya alhamdulillah. Saya mengabari ibu kembali dan ibu pun sangat
amat senang dengan apa yang saya usahakan karena inilah kemauan ibu, ibu ingin
saya melanjutkan di universitas inin, yang ingin melihat saya menjadi sosok
wanita yang berbudi pekerti luhur berakidah sopan santun serta taat pada
orangtua, agama, dan nusa bangsa nya.
Tanggal
pengembalian berkas pun datang, entah tanggal berapa itu saya kembali lagi ke
Kampus dan disitulah saya mengembalikkan berkas serta memilih mau masuk jurusan
apakah saya dan tentunya saya kebingungan karena dalam benak saya, hanyalah
kerja. Kini ibu yang menentukan, ibu memilihkan saya jurusan yang berbasic
islam banget yaitu suatu jurusan yang ada penyiarannya tentunya penyiaran
islam. Ibu,ibu,ibu, kasih sayangnya yang tak gentar oleh apapun yang ingin
melihat anaknya lebih baik dari nya, yang ingin melihat anaknya di hargai oleh
orang lain, dan ingin melihat anaknya Bahagia. Hingga saat ini saya duduk di
bangku perkuliahan atas kerja keras beliau.
Jadi,
sayangi setiap ibu, hargai setiap kerja kerasnya, dan berdoa lah kepada-Nya
untuk memberikan kesehatan selalu untuk ibu dimanapun yang masih ada. Dan
berikanlah kiriman Do’a untuk ia tenang di alam sana dan di dekatkan serta di
lapangkan kuburnya untuk ibu dimanapun yang sudah tiada.
Salam
Rindu, anakmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar